Sebuah Renungan

Halo, selamat sore semua.
Selamat hari minggu.
Tuhan memberkati.

Hari ini saya sempetin nulis, apa yang pengen saya tulis.
Tergelitik dari sebuah percakapan singkat yang menjadi sebuah pemikiran panjang yang belum saya ketahui titik akhirnya. :)
Oke, mungkin terlalu ambigu ya....
Kita perjelas saja dengan bahasa yang mudah kawan...

Kalian punya agama kawan?
Dari mana agama yang kalian anut, kalian peroleh kawan?
Kita sedikit berandai-andai.
Jika orang tua kalian tidak beragama. Apakah kalian akan menjadi seorang "atheis" nantinya?
Jika orang tua kalian seorang muslim, atau seorang katolik, atau seorang kristen, atau seorang budha, atau seorang hindu...
Tentunya kalian mengikuti agama apa yang orang tua kalian anut. 
Benar tidak kawan?

Disini saya masih belajar. Saya tidak ingin menggurui kalian semua.
Siapalah saya ini.
Saya terlahir dari keluarga Kristen.
Saat bayi saya dititipkan ke adik nenek saya.
Dan saya menjadi seorang Muslim. 
Saya sempat belajar tentang Hindu selama saya tinggal di Bali.
Saya suka mendengar Dharma di hari Minggu pagi di stasiun TV.
Saya suka mempelajari mengenai Katolik. Belajar mengerti makna dari ayat-ayat Tuhan.
Lantas apakah saya menjadi seorang Atheis karena tidak memilih agama apapun.
Tidak memilih agama apapun.
Walau di KTP saya saya seorang Kristen.

Dari situ pemikiran panjang yang belum diketahui ujung pangkalnya terus berlanjut.
Sampai saat ini.
Saya percaya Tuhan. Sangat percaya.
Tapi saya masih mencari Nya.
Saya masih belum mengerti kenapa agama-gama melakukan sebuah doktrinisasi.
Saya masih belum mengerti kenapa ada sabda yang mengahruskan kita menolong sesama agama. atau terlebih dulu orang yang beragama sama.
Mengapa? mengapa menolong orang saja perlu memilih milih.
Saya masih belum mengerti mengapa selalu ada tatapan sebelah mata kepada satu golongan tertentu?
Bukankah kita selalu diajarkan untuk saling menghargai oleh Tuhan.
Mengapa seolah-oalh agama mendaji kotak-kotak pembatas yang membatasi umat manusia ciptaan Tuhan di dunia ini. :)

Lalu saya bertanya kembali ketika kita berdoa apakah karena sebuah kewajiban saja?
Jika itu sebuah kewajiban maka akan ada sebuah konsekuensi jika kewajiban itu tidak dijalankan. 
Dan konsekuensi itu bisa seperti dimarahi orang tua, dosa, neraka dsb.
Mengapa harus ada "cambuk" dulu untuk hal-hal seperti itu.

Bukan kah doa - interaksi kita kepada Tuhan menjadi sebuah kerinduan juga kebutuhan tiap masing-masing individu untuk dapat dekat dengan Sang Khalik. :')

Sampai saat ini saya selalu berdoa dengan cara yang saya anggap pas.
Pas untuk siapa?
Pas untuk hati saya sendiri. 
Saya masih belajar.
Belajar mengenal Tuhan dengan cara saya sendiri.
Lewat agama-agama yang ada di dunia ini.
Sampai nantinya, ketika saya sudah mantap. 
Saya akan memilih satu diantaranya. :)
Doakan saya teman-teman.

Ada sebuah renungan.
Tadi pagi. saya amat menyukai kata-kata Beliau.
Kurang lebih seperti ini kata-kata nya...
"Jika kamu memiliki kerinduan terhadap sebuah iman, bawalah hal itu dalam tiap doa mu. Maka bawalah itu dalam tiap doa mu menurut  agama yang kamu yakini saat ini. Percayalah Tuhan akan menunjukkan jalan kebenaran kepadamu. Karena Dia (Tuhan) lebih memiliki kepentingan untuk menuntun setiap umat Nya kepada kepenuhan dan kebenaran."

Selamat sore...
Semoga kita mejadi hamba-hamba Tuhan yang senantia bersyukur dan terus mau belajar.

Terimakasih telah menyempatkan membaca
:) 





Komentar

Postingan Populer